Musik Padang Pasir: Oase di Tengah Keramaian

December 17th, 2010

BANDAR LAMPUNG–Alunan flute dengan irama khas Timur Tengah dan tabuhan tarbuqa seperti oase di tengah keramaian pengunjung pusat pertokoan Simpur Centre, Tanjungkarang, Minggu (1-7). Konser grup musik IOIO (Inter-Oriental Invasion Orchestra) yang terdiri dari empat pemusik non-Timur Tengah kontradiktif dengan alunan musiknya yang bernuansa padang pasir. Suasana ini memunculkan kekhasan tersendiri siang itu.

PERPADUAN PADANG PASIR. Pemusik IOIO (Inter-Oriental Invasion Orchestra) mempersembahkan perpaduan flute dengan irama khas Timur Tengah di Simpur Center, Bandar Lampung, Minggu (1-7). Pertunjukan yang dikemas dalam konser Long Road to Middle East ini digelar Dewan Kesenian Lampung.
(LAMPUNG POST/SYAIFULLOH)

Aurelion Lebreton yang menabuh tarbuqa berasal dari Prancis. Janos yang piawai meniup flute asli Hongaria. Dari namanya, Soichi yang memukul drum sudah ketahuan kalau ia dari Jepang.
Ada Steven Burrel yang memainkan animasi suara. Ia berasal dari Inggris.

Keempat pemusik itu berkolaborasi dalam pentas Long Road to Middle East (Jalan Panjang Menuju Timur Tengah) bekerja sama Dewan Kesenian Lampung (DKL). IOIO membawakan delapan komposisi berjudul “Tapuach”, “Desert Storm”, “Aif Laila”, “Exodus”, “Triton”, “Inpro”, “Klesner”, dan “Nigun Atik”.
Musik memang universal, begitu juga IOIO. Bukan hanya dari pemain, penikmat grup ini juga dari berbagai kalangan. Mulai anak-anak yang serius sampai orang tua yang hanya sekadar mendengarkan penampilan mereka.

Sayang memang, suguhan ciamik itu hanya ditonton segelintir musisi tradisional Lampung. Padahal, kolaborasi musik itu dihadirkan untuk berbagi pengalaman pada musisi-musisi Lampung tentang musik yang digabungkan dari berbagai aliran tradisional. Kenyataannya, penonton kebanyakan pengunjung yang tengah berbelanja bersama anak-anaknya.

Ada delapan instrumen musik yang dimainkan sejak pukul 14.50 sampai 16.17 di lantai dasar Simpur Centre. Tepat di depan lift.

Pentas musik diawali kolaborasi empat pemusik asing yang tengah studi musik gamelan di Yogyakarta itu dengan lima pemusik Lampung. Alat musik tradisional Lampung yang digunakan ialah kulintang pring yang dimainkan tiga musisi dari Lampung. Lalu, rebana satu orang, dan satu lagi memainkan bas.

Mendengarkan sekilas, alunan musik IOIO terdengar seperti gubahan musisi Jepang, Kitaro. Mulai pertengahan hingga akhir, alunan musik mulai berasa Timur Tengah.

Persamaan IOIO dan Kitaro pada penggunaan alat musik perkusi dan tiup yang dominan. Soichi, si penabuh drum dari Jepang, juga menjadi faktor kedekatan musik IOIO–Kitaro.

Yang menjadi catatan ialah profesionalisme keempat pemusik IOIO, yang mereka tunjukkan dalam kepiawaian memainkan seluruh alat musik. Dalam beberapa penampilan, Aurelion, Janos, Soichi, dan Steven bergantian memainkan alat musik. Misalnya saja, Soichi dari drum memegang bas. Janos dari flute juga memegang bas. Demikian juga Aurel. n KIS/U-1

Archives

Copyright © 2010-2014, Simpur Center.
Web Design by Stevensst